Mendengar kata kain bebali, sepertinya masih ada yang belum mengetahui. Khusus di kabupaten Karangasem penggunaan kain bebali hampir disetiap daerah terutama daerah Bali aga seperti Tenganan Pengringsingan dan daerah lainnya yang menggunakannya dalam setiap upacara keagamaan.
Namun seiring perkembangan, saat ini keberadan kain bebali sangat langka meskipun disisi lain keberadaanua begitu sangat penting.
"Kain bebali sudah semakin langka, karena saat ini jarang ada orang yang menenun," ujar Ida Ayu Ngurah Puniari praktisi dan pengerajin kain bebali dari Geria Mandara Sidemen di arena pameran Pesta Kesenian Bali ke-38, Gedung Ksirarnawa Art Center.
Kain bebali sendiri merupakan kain yang biasa digunakan sebagai pelengkap dalam upacara yadnya. Di Bali bahkan setiap panca yadnya secara khusus ada mengharuskan penggunaan kain bebali.
"Fungsi kain bebali terkait dengan Dewa yadnya pelinggih, manusa yadnya untuk pakian yang diupacarai, buta yadnya sebagai pelengkap caru atau banten, serta pitra yadnya dan juga resi yadnya," jelasnya.
Kain bebali masing-masing memiliki makna dan filosofi yang biasanya disesuaikan dengan namanya, misalnya kain uyah areng yang bermakna hitam putih simbol rwa bhineda.
"Kalau makna dan filosofi itu biasanya dilihat dari nama setiap kain bebali memiliki filosofi," jelas Dayu Puniari.
Sementara jenis kain bebali digolongkan menjadi dua yakni bentuk lembaran dan bulat. Cara pembuatannya masih menggunakan cara alami yakni dengan menenun cagcag.
Dalam hal pewarnaan, kain bebali menggunakan warna alami. Harga yang ditawarkan untuk sebuah kain bebali disesuiakan dengan tingkat kesukaran dan kerumitan dari kain bebali itu sendiri.
Untuk pemesan kain bebali bisa langsung melihatnya di stand Pesta Kesenian Bali ke-38 di bawah Gedung Ksirarnawa. Tempat produksi kain Bebali Ida Ayu Ngurah Puniari bernama "Tuhu Batu" beralamat di Banjar Gede, Batuan, Sukawati, Gianyar Bali, atau bisa menghubungi 08123871644 atau 081936026802. (Admin)
Ket foto "Salah satu jenis kain Bebali"
*Like dan share